Sebagian isinya..:
Pembebanan (loading) pada Konstruksi Bangunan telah diatur pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung (PPIUG) tahun 1983. Oleh karena itu supaya lebih mendalam diharapkan peserta diklat membaca peraturan tersebut, karena dalam uraian berikut hanya diambil sebagian saja.Ada 5 macam pembebanan yaitu :a. Beban mati (berat sendiri konstruksi dan bagian lain yang melekat)b. Beban hidup (beban dari pemakaian gedung seperti rumah tinggal,kantor, tempat pertunjukkkan)c. Beban angin (beban yang disebabkan oleh tekanan angin)d. Beban gempa (beban karena adanya gempa)e. Beban khusus (beban akibat selisih suhu, penurunan, susut dansebagainya)Berdasarkan wujudnya beban tersebut dapat diidealisasikan sebagai (1) beban terpusat, (2) beban terbagi merata, (3) beban tak merata (beban bentuk segitiga, trapesium dsb). Beban-beban ini membebani konstruksi (balok, kolom, rangka, batang dsb) yang juga diidealisasikan sebagai garis sejajar dengan sumbunya. Beban terpusat adalah beban yang titik singgungnya sangat kecil yang dalam batas tertentu luas bidang singgung tersebut dapat diabaikan. Sebagai contoh beban akibat tekanan roda mobil atau motor, pasangan tembok setengah batu di atas balok, beton ataupunbaja dsb. Satuan beban ini dinyatakan dalam Newton atau turunannya kilonewton (kN).
Beban
merata adalah beban yang bekerja menyentuh bidang konstruksi yang cukup luas
yang tidak dapat diabaikan. Beban ini dinyatakan dalam satuan Newton/meter
persegi ataupun newton per meter ata u yang sejenisnya.
Beban
tidak merata dapat berupa beban berbentuk segitiga baik satu sisi maupun dua
sisi, berbentuk trapesium dsb. Satuan beban ini dalam newton per meter pada
bagian ban yang paling besar.
Berikut
ini dicuplikkan beberapa beban bahan bangunan menerut PPIUG 1983 halaman
11
1. Baja
beratnya 7850 kg/m3,
2. Batu
gunung beratnya 1500 kg/m3.
3. Batu
pecah beratnya 1450 kg/m3,
4. Beton
beratnya 2200 kg/m3,
5. Beton
bertulang beratnya 2400 kg/m3,
6. Kayu
kelas 1 beratnya 1000 kg/m3
dan
7. Pasangan
bata merah 1700 kg/m3.
Contoh
perhitungan beban :
Hitunglah
beban yang bekerja pada balok beton bertulang ukuran 30 cm x 60 cm yang
ditengah-tengahnya terdapat tembok pasangan setengah batu lebar 15 cm yang
dipasang melintang dengan ukuran tinggi 3 m, panjang 4
m.
Penyelesaian:
Berat
sendiri balok = 0.3 m x 0.6 m x 2400 kg/m3
= 432 kg/m (kg/m gaya)
Gravitasi
bumi = 10 kg/ms2
maka
beban menjadi 4320 N/m = 432 kN/m
Berat
tembok sebagai beban terpusat sebesar :
=
0.15 m x 3 m x 4 m x 1700 kg/m3
=
3060 kg (kg gaya) = 30600 N = 30.6 kN.
Secara
visual dapat dilihat pada gambar.
Pada
konstruksi bangunan beban yang diperhitungkan bukan hanya beban mati seperti
yang telah diuraikan di atas, tetapi dikombinasikan dengan beban hidup yang
disebut dengan pembebanan tetap, bahkan ada kombinasi yang lain seperti dengan
beban angin menjadi pembebanan sementara. Bila pada contoh di atas, balok
digunakan untuk menyangga ruang rumah tinggal keluarga, maka menurut PPIUG
halaman 17 besarnya beban hidup sebesar 200 kg/m2.
Bila luas lantai yang dipikul balok sebesar 2 m tiap panjang balok (dalam contoh
di atas beban lantai tidak dihitung) maka beban karena beban hidup adalah 200
kg/m2
x
2 m = 400 kg/m (kg gaya/m) = 4000 N/m = 4 kN/m. Dengan demikian beban tetap yang
bekerja pada balok adalah 4,32 + 4 = 8,32 kN/m yang secara visual dapat
dilihat
Dilihat
dari persentuhan gaya dan yang dikenai gaya, beban dapat dibedakan sebagai beban
langsung dan beban tidak langsung. Beban langsung adalah beban yang langsung
mengenai benda, sedang beban tidak langsung adalah beban yang membebani benda
dengan perantaraan benda lain.
a. Pengertian Gaya.
Gaya
dapat didefisinikan sebagai sesuatu yang menyebabkan benda (titik materi)
bergerak baik dari diam maupun dari gerak lambat menjadi lebih lambat maupun
lebih cepat. Dalam teknik bangunan gaya berasal dari bangunan itu sendiri
berat
benda
di atasnya atau yang menempelnya, tekanan angin, gempa, perubahan suhu dan
pengaruh pengerjaan. Gaya dapat digambarkan dalam bentuk garis
(atau kumpulan
garis) yang memiliki dimensi besar, garis kerja, arah kerja dan titik tangkap.
Satuan gaya menurut Sistem Satuan Internasional (SI) adalah Newton dan
turunannya (kN). Akan tetapi ada yang memberi satuan kg gaya (kg). Bila
gravitasi bumi diambil
10
m/detik2
maka
hubungan satuan tersebut adalah 1 kg gaya (atau sering ditulis 1 kg) ekuivalen
dengan 10 Newton. Pada gambar 8 dijelaskan pengertian gaya
tersebut.
b. Kesetaraan Gaya
Kesetaraan
gaya adalah “kesamaan pengaruh” antara gaya pengganti (resultan) dengan gaya
yang diganti (gaya komponen) tanpa memperhatikan titik tangkap gayanya. Dengan
demikian pada suatu keadaan tertentu, walaupun gaya sudah setara atau ekuivalen,
ada perbedaan pengaruh antara gaya pengganti dengan yang diganti.
Pada
prinsipnya gaya dikatakan setara apabila gaya pengganti dan penggantinya baik
gerak translasi maupun rotasi besarnya sama. Pada gambar 9 gaya P yang bertitik
tangkap di A dipindahkan di B dalam garis kerja yang sama adalah setara (dalam
arti efek gerak translasi dan rotasinya) tetapi hal ini dapat berpengaruh
terhadap jenis gaya yang dialami benda, pada waktu titik tangkap gaya di A
mengalami gaya tekan, sedang pada waktu di B benda mengalami gaya
tarik.
c.
Keseimbangan Gaya
Keseimbangan
gaya adalah hampir sama dengan kesetaraan gaya bedanya pada arah gayanya. Pada
kesetaraan gaya antara gaya pengganti dengan gaya yang diganti arah yang dituju
sama, sedang pada keseimbangan gaya arah yang dituju berlawanan, gaya pengganti
(reaksi) arahnya menuju titik awal dari gaya yang diganti (aksi). Pada gambar 10
divisualisasikan keseimbangan gaya.
Dengan
kata lain keseimbangan gaya yang satu garis kerja dapat dikatakan bahwa gaya
aksi dan reaksi besarnya sama tapi arahnya berlawanan.
Pada statika bidang (koplanar) ada dua macam keseimbangan yaitu keseimbangan translasi (keseimbangan gerak lurus) dan keseimbangan rotasi (keseimbangan gerak berputar). Untuk mencapai keseimbangan dalam statika disyaratkan ? Gy = 0 (jumlah gaya vertikal = 0), ?Gx = 0 (jumlah gaya horisontal = 0) dan ?M=0 (jumlah momen pada sebuah titik =0).
Pada statika bidang (koplanar) ada dua macam keseimbangan yaitu keseimbangan translasi (keseimbangan gerak lurus) dan keseimbangan rotasi (keseimbangan gerak berputar). Untuk mencapai keseimbangan dalam statika disyaratkan ? Gy = 0 (jumlah gaya vertikal = 0), ?Gx = 0 (jumlah gaya horisontal = 0) dan ?M=0 (jumlah momen pada sebuah titik =0).
d. Pengertian Momen
Momen
gaya terhadap suatu titik didefisinikan sebagai hasil kali antara gaya dengan
jaraknya ke titik tersebut. Jarak yang dimaksud adalah jarak tegak lurus dengan
gaya tersebut. Momen dapat diberi tanda positif atau negatif bergantung dari
perjanjian
yang
umum, tetapi dapat juga tidak memakai perjanjian umum, yang penting bila arah
momen gaya itu berbeda tandanya harus berbada. Pada gambar 11 diperlihatkan
momen gaya terhadap suatu titik.
Di
samping momen terhadap suatu titik ada juga momen kopel yang didefinisikan
sebagai momen akibat adanya dua buah gaya yang sejajar dengan besar sama tetapi
arahnya berlawanan
Gambar
12 menunjukkan momen kopel tersebut.
Momen
dapat digambar dalam bentuk vektor momen dengan aturan bahwa arah vektor momen
merupakan arah bergeraknya sekrup yang diputar oleh momen. Lihat gambar
13.
e. momen statis
Menurut
teori Varignon momen pada suatu titik dikatakan statis bila besarnya momen gaya
pengganti (resultan) sama dengan gaya yang diganti.
Contoh
:
Gaya
P1
dan
P2
dengan
jaraklmempunyai resultan R. Tentukan letak R agar momen di titik A
statis.
Penyelesaian:
Misal
jarak R dengan P1
(titik
A) = a, maka untuk memenuhi momen statis
di A adalah : momen resultan = jumlah momen komponen.
f.
Menyusun Gaya yang Setara
Istilah
lain menyusun gaya adalah memadu gaya atau mencari resultan gaya. Pada
prinsipnya gaya-gaya yang dipadu harus setara (ekuivalen) dengan gaya
resultannya
- Menyusun Gaya yang Kolinier
- Menyusun Dua Gaya yang Konkuren
- Menyusun Beberapa Gaya Konkuren
Tidak ada komentar:
Posting Komentar